MAKALAH AKHIR
GEJALA
PEMANASAN GLOBAL DAN DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SERTA LINGKUNGAN
(KD
3.12 dan KD 4.12)
Disusun untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Fisika Sekolah II
Dosen Pengampu :
Drs. Unang Purwana,
M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 7
Sheila Mutiara Inggit 1606679
Shofy Ainayah Hilmi 1606761
DEPARTEMEN
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
A. KOMPETENSI
INTI
KI.1. Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI.2. Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI.3. Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI.4.
Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI
DASAR
3.12
Menganalisis gejala pemanasan global dan
dampaknya bagi kehidupan serta lingkungan.
3.13
Mengajukan ide/gagasan penyelesaian masalah
gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan serta lingkungan.
C. INDIKATOR
1.
Mendeskripsikan pengertian
pemanasan global
2.
Menjelaskan gejala
pemanasan global
3.
Menjelaskan penyebab
pemanasan global
4.
Menganalisis dampak
pemanasan global yang diakibatkan oleh manusia
5.
Mendeskripsikan solusi
dalam penanganan pemanasan mengenai pemanasan global
D. MATERI
POKOK
Gejala pemanasan global
dan dampaknya serta solusinya bagi kehidupan dan lingkungan.
E.
KONSEP ESENSIAL
1.
Konsep pemanasan global
2.
Gejala pemanasan
global
3.
Penyebab pemanasan
global
4.
Dampak pemanasan global
5.
Solusi
F.
BAGAN MATERI

G. KANDUNGAN
ASPEK AFEKTIF, KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR
Materi
|
Aspek
|
Keterangan
|
||
K
|
A
|
P
|
||
Emisi karbon
|
Kognitif: siswa mampu mendeskripsikan mengenai karbon dioksida sebagai
gejala pemanasan global
|
|||
Efek rumah kaca
|
Kognitif: siswa mampu menganalisis fenomena efek rumah kaca yang
berkaitan dengan gejala pemanasan global
|
|||
Perubahan iklim
|
Kognitif: siswa mampu memahami proses perubahan iklim yang mempengaruhi
pemanasan global
|
|||
Pemanasan global
|
Kognitif: siswa mampu memahami dampak pemanasan global akibat ulah manusia
Psikomotor: siswa aktif menyebutkan dampak pemanasan global bagi
lingkungan
Afektif: siswa jujur dan tekun dalam memahami konsep fisika dalam
pemanasan global
|
|||
solusi
|
Kognitif: siswa mampu mendeskripsikan apa saja yang menjadi solusi
alternatif dalam penanganan pemanasan global
Psikomotor: siswa aktif menjawab solusi dari pemanasan global
Afektif: siswa tekun dalam mencari alternatif solusi dari permasalahan
pemanasan global
|
|||
H. URAIAN
MATERI
1.
Konsep Pemanasan Global
Pemanasan
global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi
dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses meningkatnya suhu
rata-rata permukaan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini
dihasilkan oleh adanya radiasi sinar matahari menuju ke atmosfer bumi, kemudian
sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas dalam bentuk sinar infra merah
diserap oleh udara dan permukaan bumi. Sebagian sinar infra merah dipantulkan
kembali ke atmosfer dan ditangkap oleh gas-gas rumah kaca yang kemudian menyebabkan
suhu bumi meningkat.
Gas-gas
rumah kaca terutama berupa karbon dioksida, metana dan nitrogen oksida.
Kontribusi besar yang mengakibatkan akumulasi gas-gas kimia ini di atmosfir
adalah aktivitas manusia.
2.
Gejala
Pemanasan Global
a. Emisi
karbon dioksida
Karbon
dioksida adalah salah satu gas yang lazim menyerap radiasi termis. Peningkatan
konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfir bumi yang didominasi oleh gas
karbon dioksida (
menjadi perhatian
banyak pihak, baik peneliti, pemerhati lingkungan dan pemegang kekuasaan negara
di berbagai negara, termasuk Indonesia. Indonesia dalam pertemuan pada The
Conferences of Parties (COP) ke-13 UNCCC berkomintmen untuk menurunkan emisi
gas rumah kaca sebesar 26% dengan usaha sendiri dan sebesar 41% jika mendapat
bantuan internasional pada tahun 2020. (Santoso, 2017, hlm. 234).
Regulasi
karbon dioksida di alam berguna
untuk menstabilkan kadar CO2 di alam. Regulasi karbon dioksida dapat
terjadi akibat rantai siklus karbon dioksida. Tingkatan atmosferik
dipengaruhi oleh pembakaran fosil dan hasil
neto akumulasi atau perusakkan biomassa global. Saat ini konsentrasi
berada pada 350 bagian per jutaan per volume
(ppmv), konsentrasi
pada 1750 adalah sekitar 280 ppmv. Karena itu
terdapat kenaikan 25% sejak dimulainya industrialisasi modern. Meningkatnya
kadar karbon dioksida di alam ini memengaruhi efek rumah kaca.

Emisi karbon dioksida adalah akibat
langsung proses konversi energi berupa oksidasi karbon bahan bakar, emisi
karbon dioksida merupakan pelepasan gas
di atmosfer.
Semakin meningkatnya kadar
di atmosfer, maka akan menghalangi sinar
gelombang panjang seperti sinar infra merah yang dipancarkan bumi sehingga
tidak dapat menembus atmosfer. Hal ini membuat temperatur di bumi semakin
panas.Tiap tahun hampir
kg karbon dalam bentuk
dilepas ke atmosfer sebagai hasil konsumsi
bahan bakar fosil global. Karena tingkat
yang larut di laut bertambah dan karena
penebangan hutan dan hujan asam, kapasitas bumi untuk menyerap tingkat
atmosferik yang bertambah akhirnya hilang.
(Tipler, 1998, hlm. 641-642)
b. Efek
rumah kaca
Posisi
dari bumi sangat strategis. Jika bumi terlalu jauh dari matahari, maka bumi
akan dingin. Jika bumi terlalu dekat dengan matahari, maka bumi akan panas.
Letak bumi yang strategis ini menimbulkan kehidupan yang berada di bumi. Akan
tetapi, tanpa bantuan peristiwa efek rumah kaca bumi masih tetap dingin
walaupun letaknya sudah strategis. Efek rumah kaca membantu bumi dalam
mempertahankan panas yang dapat dari matahari.
Panas
matahari datang ke bumi dalam bentuk radiasi gelombang pendek. 53 % radiasi
dari matahari dipantulkan kembali menuju luar angkasa, sedangkan 47% diserap
oleh permukaan bumi. Ketika panas dari matahari diserap oleh bumi, cahaya
berubah menjadi panas dan menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan memantulkan kembali
panas tersebut sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke luar angkasa,
walaupun sebagian ada yang terperangkap dalam atmosfer bumi karena diserap
kembali oleh gas-gas yang berada di atmosfer. Gas-gas yang berada di atmorsfer
merupakan gas-gas pembentuk rumah kaca di bumi. Setelah gas tersebut menyerap
radiasi dari bumi, gas tersebut akan memancarkan kembali radiasi yang tadi
diserap. Peristiwa itu saling berkesinambungan sehingga bumi menjadi hangat.
Ketika
kadar gas pembentuk rumah kaca di bumi meningkat, maka penyerapan radiasinya
pun akan meningkat. Hal ini menimbulkan radiasi yang dipancarkan kembali oleh
gas tersebut akan meningkat pula sehingga temperatur di bumi pun semakin panas.
Salah satu gas yang efektif menyerap radiasi dari radiasi permukaan bumi adalah
karbon dioksida sehingga temperatur dibumi akan naik ketika kadar karbon
dioksida di alam naik.
Gas-gas
disebut rumah kaca karena mekanisme pemanasan
ini sama seperti yang terjadi di rumah-rumah kaca di perkebunan negara-negara
sub tropika. Tanaman-tanaman di dalamnya tidak membeku karena kaca menghalangi
pemantulan oleh sinar matahari yang telah masuk. (Rusbiantoro, 2008, hlm. 8-9).
c.
Penipisan Lapisan
Ozon
Penipisan lapisan ozon merupakan salah satu gejala
pemanasan global. Masalah ini harus ditindak lanjuti oleh masyarakat global
karena keberadaannya sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia maupun
habitat lain di bumi. Ozon merupakan komponen atmosfer yang jumlahnya sangat
sedikit. Jika ozon pada ketinggian 60 km dimampatkan maka hanya 3 mm dengan
berat 3000 juta ton. Sebagian besar ozonterdapat pada ketinggian antara 10
sampai 50 km pada lapisan stratosfer di atas permukaan bumi (Spedding dalam
Prodjosantoso, 1974, hlm. 29).
Ozon memiliki kemampuan menyerap radiasi sinar ultraviolet
dengan panjang gelombang kurang lebih 320 nm yang
dipancarkan matahari. Ada 3 jenis sinar ultraviolet (UV). Yaitu sinar UV A, UV
B, dan UV C.
Sinar UV A memiliki panjang gelombang 320 nm, relatif
tidak bahaya dan dapat di absorbsi oleh ozon dalam jumlah yang sedikit. Sinar
UV B memiliki panjang gelombang 280-320 nm, sebagian besar dapat di serap oleh
lapisan ozon dan beberapa di teruskan. Sinar ini dapat mematikan hampir semua
bentuk kehidupan, menghambat reproduksi tanaman dan dapat merusak mata serta
menimbulkan kanker kulit. Sinar UV C memiliki panjang gelombang 200 hinga 280
nm, sinar ini juga berbahaya karena dapat mematikan unsur-unsur kehidupan,
sebelum sampai ke bumi sinar ini telah banyak di serap oleh ozon.
3.
Penyebab
Pemanasan Global
a. Meningkatnya senyawa CFC
Senyawa
CFC pertama kali di kenal masyarakat adalah CFC-11
.
Senyawa ini banyak digunakan sebagai pendingin, cat semprot, pendorong
kosmetika, dan sebagai zat pembersih komponen-komponen elektronik yang rumit.
Senyawa
ini merupakan senyawa yang stabil dan tidak dapat dengan mudah diuraikan.
Senyawa terbuang dari permukaan bumi kemudian bergerak ke atas menerobos
lapisan troposfer, dan kemudian berada di lapisan stratosfer selama 10 tahun
atau lebih. Senyawa ini dipecah oleh sinar UV dan terurai melepaskan atom-atom
klor. Atom-atom ini yang dapat merusak lapisan ozon, baik penipisan, bahkan
membuat ozon menjadi berlubang.
b. Konsumsi bahan bakar fosil
Bahan
bakar fosil adalah campuran dari berbagai macam bahan kimia, termasuk belerang
(sulfur) dalam jumlah kecil. Sulfur pada bahan bakar bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida (SO2), yang merupakan polutan udara. Sumber utama SO2
adalah pembangkit tenaga listrik yang membakar batubara dengan kandungan sulfur
tinggi. (Astra, 2010 hlm.10)
Pembangkit
listrik di Indonesia dan negara-negara lain tidak terlepas dari adanya
pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, minyak bumi, dan gas-gas.
Pembakaran ini menghasilkan polutan sehingga menyebabkan emisi karbon dan akan
meningkatkan efek rumah kaca yang menandai pemanasan global.
Polutan
radioaktif terjadi karena batubara mengandung unsur radioaktif alam yang terjebak
dalam batubara, pada saat batubara dibakar terjadi penguraian yang menyebabkan
unsur radioaktif alam tersebut ikut keluar bersama-sama dengan gas emisi
lainnya ataupun terikat dalam abu hasil pembakaran. Unsur radioaktif alam dari batubara terdiri dari
kalium, uranium, thorium, dan juga hasil peluruhannya seperti radium, radon,
polonium, bismuth dan timbal (Finahari, 2007, hlm. 2).
Waktu paruh
dari zat-zat radioaktif yang sangat panjang yaitu hingga milyaran tahun.
Berikut ini adalah jenis-jenis polutan yang dihasilkan beserta waktu paruhnya.


Nomor 1 hingga 6 merupakan
golongan logam berat yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Apabila
diiihat dari segidaya racunnya atau radiotoksisitasnya, maka polutan radioaktif
nomor 1 sampai degan nomor 4 pada Tabel 1tersebut di atas termasuk kelompok
radiotoksisitas sangat tinggi, sedangkan polutan radioaktif Thorium-232 dan Uranium-238
termasuk kelompok radiotoksisitas rendah. Waiaupun Thonum-232 dan Uranium-238 termasuk
kelompok radiotoksisitas rendah, namun kedua unsur radioaktif tersebut adalah induk
unsur radioaktivitas alam yang memiliki banyak turunan. Thorium-232 akan menurunkan
11 unsur radioaktif alam dan satu unsur stabii yaitu Timbal-208, Sedangkan Uranium-238
akan menurunkan 17 unsur radioaktif alam dan satu unsur stabil yaitu Timbal-206.
c.
Sampah organik
Sampah memiliki potensi untuk memberi sumbangan terhadap meningkatnya emisi
gas rumah kaca, peristiwa ini terjadi pada penumpukan sampah tanpa diolah yang
melepaskan gas metan/methane (
)
Setiap 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas
. Metan merupakan gas yang terbentuk dari proses
dekomposisi anaerob sampah organik yang juga sebagai salah satu penyumbang gas
rumah kaca yang memiliki efek 20 – 30 kali lipat bila dibandingkan dengan gas
CO2.
Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, diperkirakan pada tahun 2020
sampah yang dihasilkan per hari mencapai 500 kg atau 190.000 ton/tahun. Hal ini
berarti pada tahun 2020 Indonesia akan mengisikan gas methane sebanyak 9500
ton. Oleh karena itu, maka sampah tersebut perlu dikelola secara efektif agar
laju pembentukan CH4 dapat dibuat minimal sehingga laju sumbangannya terhadap
pemanasan global yang diikuti dengan perubahan iklim dapat dikendalikan.
(Sudarman, 2010, hlm. 5)
d.
Kerusakan hutan
Hutan
merupakan salah satu penghasil sumber daya alam yang penting bagi kehidupan
manusia dan kelangsungan ekosistem dalam mempertahankan keseimbangan alam.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan luas hutan terbesar,
yaitu 120,3 juta ha. (FWI/GFW, 2001).
Segala
aspek kehidupan sangat bergantung dengan adanya hutan, namun keberadaannya kini
mengalami banyak kerusakan. Menurut data Forest Watch Indonesia, laju
kerusakkan hutan Pada tahun 1980-an laju
kehilangan hutan di Indonesia sekita 1 juta ha per tahun. 1990-an laju
kehilangan hutan di Indonesia menjadi sekitar 1,7 juta ha per tahun. Sejak
tahun 1996, laju deforestasi menjadi 2 juta ha per tahun. (Sumber : FWI/GFW.
2001. Potret Keadaan Hutan Indonesia). Sejak tahun 2003, laju deforestasi
menjadi 2,8 juta ha per tahun. (Sumber : MoF)
Kerusakkan hutan terjadi akibat penebangan liar, kebakaran hutan yang
disengaja maupun tak disengaja, perkebunan skala besar serta
kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dan Hutan
Tanaman Industri. Kerusakan ini menyebabkan berkurangnya penyerapan gas-gas
rumah kaca sehingga mempengaruhi pemanasan global (Fadliah, tanpa tahun, hlm.
6)
e.
Lahan dan pemukiman
Kawasan hutan yang dibuka dijadikan lahan untuk pemukiman
maupun perkebunan. Hal ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Total
kawasan lahan hutan yang dikonversi menjadi bentuk lahan perkebunan antara tahun
1982 dan 1999 adalah 4,1 juta ha. Dari angka total ini, menurut penelitian
lainnya, 1,8 juta ha hutan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit antara
tahun 1990 dan 2000. (Sumber
: FWI/GFW. 2001. Potret Keadaan Hutan Indonesia)
Selain itu, pembukaan kawasan hutan untuk pemukiman
penduduk menyumbangkan penyebab dari pemanasan global. Pemukiman penduduk
menimbulkan terjadinya eksploitasi sumber daya secara besar-besaran
4. Dampak
Pemanasan Global
Pemanasan global
mengakibatkan banyak kerusakan, diantaranya :
a. Perubahan Iklim
Perubahan
iklim mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang
paling dekat dengan permukaan bumi. Pengamatan
cuaca sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan rata rata temperatur yang
menjadi indicator perubahan iklim. Perubahan temperature global ini ditunjukkan
dengan rata-rata hingga
antara tahun 1906 hingga 2005.
Temperature
rata-rata global ini diprediksi akan terus meningkat sekitar
di abad sekarang, dan bahkan menurut IPCC
diproyeksikan
.
b. Mencairnya
lapisan es di kutub Utara dan Selatan.
Peristiwa
ini mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat
mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil tenggelam. Jika ini terjadi terus
menerus maka akibatnya dapat mengancam kehidupan masyarakat.
c. Meningkatnya
intensitas fenomena cuaca yang ekstrim.
Perubahan
iklim menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak dapat memprediksi
perkiraan musim tanam akibat musim yang juga tidak menentu. Akibat musim tanam
yang sulit diprediksi dan musim penghujan yang tidak menentu maka musim
produksi panen juga demikian. Hal ini berdampak pada masalah penyediaan pangan
bagi penduduk, kelaparan, lapangan kerja bahkan menimbulkan kriminal akibat
tekanan tuntutan hidup.
d. Punahnya
berbagai jenis fauna
Flora
dan fauna memiliki batas toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan
sumber makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya siklus air,
kelembaban udara dan berdampak pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat
laju produktivitas primer. Kondisi ini pun memberikan pengaruh habitat dan
kehidupan fauna.
5.
Solusi dalam
penanggulangan pemanasan global
Untuk mengatasi
pemanasan global, dibutuhkan solusi alternatif yang harus dilakukan oleh
masyarakat di dunia untuk meminimalisir penyebab dan dampak dari pemanasan
global, diantaranya:
a. Melakukan
perjanjian Internasional atau hasil kesepakatan dunia Internasional
1) Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) atau "Panel Antarpemerintah
Tentang Perubahan Iklim" adalah suatu panel ilmiah yang terdiri dari para
ilmuwan dari seluruh dunia. IPCC didirikan pada tahun 1988 oleh dua
organisasi PBB, World Meteorological
Organization (WMO)
dan United Nations
Environment Programme (UNEP)
untuk mengevaluasi risiko perubahan
iklimakibat aktivitas
manusia, dengan meneliti semua aspek berdasarkan pada literatur teknis/ilmiah
yang telah dikaji dan dipublikasikan.
2) Protokol Kyoto adalah sebuah amendemen terhadap Konvensi
Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional tentang pemanasan
global. Negara-negara
yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi
emisi/pengeluaran karbon
dioksida dan
lima gas
rumah kaca lainnya,
atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas
tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan
global.
3)
Asia-Pasific Partnership on Clean Development
and Climate (APPCDC) adalah kemitraan internasional, sukarela,
kemitraan publik-swasta antara Australia, Kanada, India, Jepang, Republik
Rakyat Cina, Korea Selatan, dan Amerika Serikat mengumumkan pada bulan Juli 28,
2005 pada pertemuan Forum Regional Asia Tenggara (ASEAN) dan diluncurkan pada
12 Januari 2006 di pertemuan tingkat menteri Kemitraan di Sydney.
b. Solusi lainnya
1) Menanam
Pepohonan
Dengan melakukan
penanaman pohon dan penghijauan di lahan-lahan kritis. Tumbuhan hijau memiliki
peran dalam proses fotosintesis, dalam proses ini tumbuhan memerlukan
karbondioksida dan menghasilkan oksigen.
2) Daur
ulang dan efisiensi energi
Penggunaan minyak tanah
untuk menyalakan kompor di rumah, menghasilkan asap dan jelaga yang mengandung
karbon. Karena itu sebaiknya diganti dengan gas. Biogas menjadi hal yang baik
dan perlu dikembangkan, misalnya dari sampah organik.
3) Efisiensi
Penggunaan Energi
Menggunakan energi yang
bersumber dari energi alternatif guna mengurangi penggunaan energi bahan bakar
fosil (minyak bumi dan batu bara).
Dibandingkan bahan bakar fosil lainnya, batubara mempunyai beberapa
keunggulan, di antaranya:
(a) batubara yang
siap diekploitasi secara ekonomis terdapat dalam jumlah banyak,
(b) batubara
terdistribusi relatif lebih merata di seluruh dunia, (c) jumlah yang melimpah
membuat batubara menjadi bahan bakar fosil yang paling lama dapat menyokong
kebutuhan energi dunia. Namun, sejauh ini, masyarakat umumnya hanya mengetahui
kalau pemakaian batubara sebagai bahan bakar dapat menimbulkan polutan
(karbon dioksida),
(oksida-oksida nitrogen),
(oksida-oksida belerang), HC (senyawa-senyawa
karbon), fly ash (partikel debu) yang mencemari udara. Polutan tersebut
secara umum dapat menimbulkan hujan asam yang dapat merusak hutan dan lahan
pertanian, serta dapat pula menimbulkan efek rumah kaca.

Referensi
Fadliah. (tanpa tahun). Pemanasan Global, Faktor Penyebab, Dampak dan Solusi. Tersedia
di : http://repository.ung.ac.id/riset/show/2/24/pemanasan-global-faktor-penyebab-dampak-dan-solusi.html.
[online].
Finahari, I, dkk. (2007). Gas
dan Polutan
Radioaktif dari PLTU Batubara.
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol 9, No 1. Tersedia di: https://media.neliti.com/media/publications/126146-ID-gas-c02-dan-polutan-radioaktif-dari-pltu.pdf.
[online].
Forest Watch Indonesia.(2013). Fakta Hutan Indonesia hingga Tahun 2007. Bogor.
Tersedia di: http://fwi.or.id/data/#fakta
[online].
Rusbiantoro, D. (2008). Global Warming for Beginner. Yogyakarta:
Panembahan.[online]
Tersedia di: https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=7H9FQZY5dvIC&oi=fnd&pg=PA1&dq=fisika+pemanasan+global&ots=Pub9MqXqR4&sig=LrfPjmk6DE6ACIqBPVYJI6vcrb4&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false. [online].
Santoso, AD. (2017). ‘Jejak Karbon Individu Pegawai
di Instansi Pemerintah’. Jurnal Teknologi
Lingkungan. Vol. 18. No 2. 233-240.
[online]
Sudarman. (2010). Meminimalkan
Daya Dukung Sampah terhadap Pemanasan Global. Jurnal Profesional, Vol. 8,
No. 1
Tipler, P.
(1998). Fisika untuk Sains dan Teknik.
Jakarta: Erlangga
Utina,
R. (2015). Pemanasan Global : Dampak dan
Upaya Meminimalisasinya. Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo. Tersedia di: http://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/324/pemanasan-global-dampak-dan-upaya-meminimalisasinya.html. [online].
anonim. Asia Pasific Partnership on Clean Development and
Climate.
Tersedia di: https://en.wikipedia.org/wiki/AsiaPacific_Partnership_on_Clean_Development_and_Climate. [online]
anonim. Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim. Tersedia di : https://id.wikipedia.org/wiki/Panel_Antarpemerintah_tentang_Perubahan_Iklim. [online].
Susiati, H.
(2005). Studi Potensi Peningkatan Paparan
Unsur Radioaktif Alam Akibat Pembakaran Batubara. Jurnal Pengembangan
Energi Nuklir Vol.7. No.2 [online]
Diakses dari:
https://media.neliti.com/media/publications/124094-ID-studi-potensipeningkatan-paparan-unsur.pdf
Komentar
Posting Komentar